-->

Memahami Makna Bahasa Ibu

Memahami Makna Bahasa Ibu || Pada dasarnya, Bahasa Ibu atau disebut juga bahasa asli merupakan bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan ibu dan sesama anggota keluarga serta masyarakat di lingkungan sekitar. Secara tidak langsung bahasa ibu dipelajari oleh seseorang sejak kecil yang menjadi dasar pemahamannya secara alamiah. Contohnya; seseorang yang lahir dari orang tua yang berasal dari Jawa Barat dan berbahasa Sunda, maka tentu bahasa ibunya adalah Bahasa Sunda. Namun, seseorang yang lahir di Jawa Barat, yang ibunya berasal dari Semarang dan ayahnya berasal dari Padang maka tentu menjadi pertanyaan, apakah bahasa ibu anak itu. Apakah bahasa Jawa sesuai asal ibunya? Belum tentu, tergantung pada bahasa apa yang digunakan orang tua saat berbicara dengan anaknya sejak lahir. Jika bahasa Jawa yang digunakan maka bahasa ibu anak itu adalah bahasa Jawa, walaupun orang tuanya memiliki bahasa ibu yang berbeda-beda. Sebuah persoalan muncul apabila seseorang dilahirkan di daerah tertentu lalu pindah ke daerah lain saat anak tersebut masih kecil atau karena tuntutan ekonomi dan pendidikan, anak tersebut tidak hidup bersama orang tuanya, melainkan dengan anggota keluarga yang lain di daerah lain. Di sinilah definisi bahasa ibu didasarkan pada pengenalan (pembelajaran) internal anak itu.

Dalam konteks Indonesia, Bahasa Ibu selalu mengarah pada bahasa daerah tertentu atau disebut bahasa lokal. Hal ini disebabkan oleh keberagaman suku dan wilayah yang memiliki bahasa yang berbeda-beda. Ini tentu tidak salah. Menjadi sebuah kesalahan apabila bahasa ibu yang menjadi dasar pemahaman secara alamiah tidak lagi dipedulikan dan tergeser oleh bahasa yang lebih dominan, misalnya bahasa Indonesia atau Inggris. 

Setiap bahasa memiliki keunikan sendiri. Tidak ada satu bahasa pun yang lebih baik dari bahasa lainnya. Ciri-ciri keunikan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan berbagai aspek kehidupan manusia tercermin dalam bahasa. Karena itu, hilang atau punahnya satu bahasa mengakibatkan hilangnya berbagai konsep mengenai keunikan aspek kehidupan masyarakat pengguna bahasa tersebut. Menyusut bahkan hilangnya kepercayaan diri untuk menggunakan suatu bahasa, khsusnya bahasa daerah/lokal, dilatarbelakangi oleh beberapa anggapan negatif. Mengutip penjelasan dari seorang ahli bahasa, Louise Baird yang mengemukakan bahwa anggapan negatif tentang bahasa daerah antara lain (1) bahasa daerah sudah ketinggalan jaman atau kuno, (2) bahasa daerah mencerminkan seseorang tidak berpendidikan, (3) bahasa daerah tidak memiliki manfaat ekonomis, (4) bahasa daerah menghalangi kemajuan, (5) bahasa daerah tidak bisa membuat orang menjadi pintar, dan masih banyak anggapan lainnya. 

Dengan adanya anggapan-anggapan negatif tersebut, maka para orang tua lebih merekomendasikan anak-anaknya untuk belajar bahasa nasional atau internasional. Bahkan orang tua pun tidak lagi berbicara dalam bahasa daerah di rumah karena kuatir jika anak-anak meniru dan menggunakannya. Ini memang tragis, namun merupakan sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Dalam konteks lokal, anak-anak yang hidup di kampung pun dipaksa untuk mengikuti keinginan orang tua dan meninggalkan bahasa daerah yang dianggap bahasa kampung. Namun, anehnya pada saat anak-anak menempuh pendidikan dan berhadapan dengan bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia, mereka merasa seperti belajar bahasa baru. Tidak heran, bahasa Indonesia yang dianggap mudah ternyata banyak anak yang mendapat nilai ujian yang rendah, termasuk ujian nasional. Bagaimanapun, jika seorang anak diberitahu bahwa bahasanya adalah bahasa kampung, maka secara psikologis anak itu telah kehilangan jati diri dan kepercayaan dirinya dalam mengembangkan diri (belajar).

Ada nilai-nilai positif yang masih kurang dipahami oleh masyarakat penutur bahasa daerah. Nilai-nilai positif itu antara lain, (1) bahasa daerah merupakan bahasa nenek-moyang yang perlu dilestarikan, (2) bahasa daerah mencerminkan ciri budaya dan identitas daerah, (3) bahasa daerah menjadi kunci adat, (4) bahasa daerah merupakan instrumen untuk memahami dunia, (5) bahasa daerah memberi dasar yang kuat untuk bertumbuh dan menjelajahi dunia. Jika nilai-nilai positif ini menjadi pegangan maka tentu kepercayaan diri semakin meningkat yang pada gilirannya seseorang akan dengan mudah mengembangkan diri sesuai potensinya tanpa harus ragu atau takut dengan anggapan orang lain.

Indonesia sangat kaya dengan bahasa dan budaya. Ethonologue mencatat Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa, jumlah terbanyak kedua di dunia, setelah Papua New Guinea yang memiliki lebih dari 800 bahasa.

Demikian sajian informasi mengenai Memahami Makna Bahasa Ibu yang dapat disajikan pada kesempatan ini. Semoga Bermanfaat !!!

Labels: Artikel, Pendidikan

Thanks for reading Memahami Makna Bahasa Ibu. Please share...!

0 Komentar untuk "Memahami Makna Bahasa Ibu"

Your comment for me, please!

Back To Top
close