Agustinus Adisoetjipto, demikian nama lengkapnya dan
memperoleh Pangkat Terakhir Marsekal Muda (Anumerta). Selanjutnya dalam tulisan
ini disebut Adisoetjpto. Pemuda berbakat itu lahir di Salatiga 3 Juli
1916 dari sebuah keluarga yang pada masa itu dianggap berkecukupan dari
sisi sosial ekonomi.
Adisoetjipto berhasil menyelesaikan pendidikan Algemene
Middelbare School (AMS) Semarang tahun 1936, dan sempat menyampaikan
keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke Akademi Militer Belanda di Breda.
Namun, atas saran keluarga Adisoetjipto melanjutkan pendidikan ke Geneeskundige
Hooge Shool (Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta. Akan tetapi ketertarikannya
terhadap penerbangan, secara diam-diam mendaftar dan diterima di Militaire
Luchtvaart Opleidings School atau Sekolah Penerbangan Militer Belanda di
Kalijati - Subang - Jawa Barat.
Adisoetjipto kemudian pindah haluan, di Militaire Luchtvaart
Opleidings School menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dengan hasil yang
sangat baik. Atas pencapaiannya, dia menyandang pangkat Letnan Muda Udara serta
mendapat Brevet Penerbang Kelas Atas. Menurut cerita lain, Brevet Penerbang
Kelas Atas pada saat itu belum pernah dimiliki oleh orang Indonesia.
Awal karirnya, ia mendapat tugas di Skadron Pengintai di
Jawa. Akan tetapi saat Jepang mengalahkan Belanda, seluruh penerbang Belanda
dibebastugaskan. Adisoetjipto kembali ke Salatiga dan bekerja sebagai juru
tulis.
Setelah Indonesia Merdeka, tanggal 5 Oktober 1945 dibentuk
Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan. Surjadi Suryadarma yang ditugaskan
Presiden Soekarno memimpin jawatan ini memanggil Adisoetjipto untuk membantu
membentuk angkatan udara. Kondisi angkatan udara saat itu sangat
memprihatinkan. Tidak ada pilot, tidak ada mekanik pesawat, tidak ada dana,
hanya ada beberapa pesawat tua peninggalan Jepang.
Adisoetjipto nekat menerbangkan pesawat-pesawat itu. Tercatat
tanggal 10 Oktober 1945 dia berhasil menerbangkan pesawat jenis Nishikoren yang
dicat merah putih dari Tasikmalaya ke Maguwo, Yogyakarta. Tanggal 27 Oktober
1945 dia berhasil menerbangkan pesawat Cureng berbendera merah putih di sekitar
Yogya. Bukan tanpa maksud Adisoetjipto melakukan itu. Hal ini dilakukannya
untuk memompa dan membakar semangat rakyat untuk tetap berjuang
Tanggal 1 Desember 1945, Adisoetjipto dan Surjadi Suryadarma
mendirikan sekolah penerbang di Maguwo Jogjakarta. Lagi-lagi dalam situasi
serba kekurangan. Adisoetjipto menjadi instruktur, sementara Surjadi mengurus
administrasi. Angkatan pertama, ada 31 siswa yang mengikuti sekolah penerbangan
itu. Hanya bermodal pesawat tua tidak menyurutkan langkah para perintis TNI AU
ini untuk belajar. Kadet-kadet sekolah penerbang itu mencatat prestasi
membanggakan. Bukan hanya mencatat zero accident, Suharnoko, Harbani, Soetardjo
Sigit dan Moeljono berhasil mengebom tangsi-tangsi Belanda di Salatiga,
Ambarawa dan Semarang.
Tahun 1947, Adisoetjipto dan rekan-rekannya ditugasi
pemerintah RI untuk mencari bantuan obat-obatan bagi Palang Merah Indonesia.
Bantuan didapat dari Palang merah Malaya, sementara pesawat angkut Dakota
VT-CLA merupakan bantuan dari saudagar di India. Penerbangan dilakukan secara
terbuka. Misi kemanusiaan ini telah mendapat persetujuan dari Belanda dan
Inggris.
Namun tanggal 29 Juli 1947, saat pesawat hendak mendarat di Maguwo - Jogjakarta, tiba-tiba dua pesawat pemburu Kitty Hawk milik Belanda muncul. Pesawat pemburu tersebut langsung menembaki Dakota yang ditumpangi Abdulrahman Saleh, Adisoetjipto, Adi Sumarmo, F.A. Gani dan rekan-rekannya. Pesawat jatuh dan terbakar, hanya F.A. Gani yang berhasil selamat.
Namun tanggal 29 Juli 1947, saat pesawat hendak mendarat di Maguwo - Jogjakarta, tiba-tiba dua pesawat pemburu Kitty Hawk milik Belanda muncul. Pesawat pemburu tersebut langsung menembaki Dakota yang ditumpangi Abdulrahman Saleh, Adisoetjipto, Adi Sumarmo, F.A. Gani dan rekan-rekannya. Pesawat jatuh dan terbakar, hanya F.A. Gani yang berhasil selamat.
Atas kegigihannya dalam membela Tanah Air, Agustinus
Adisoetjipto dianugerahkan gelar Bapak Penerbang Indonesia dan namanya tercatat
dalam jajaran Pahlawan
Nasional sesuai ketetapan Keppres No. 071/tk/1974 tgl 9 November
1974. Dan namanya diabadikan sebagai nama Bandara Udara Internasional di Jogjakarta.
Demikian sajian informasi mengenai Adisoetjipto; BapakPenerbang Indonesia. Semoga Menginspirasi dan Bermanfaat !!!
Labels:
Sejarah
Thanks for reading Mengenal Agustinus Adisoetjipto; Bapak Penerbangan Indonesia. Please share...!